Sabtu, Maret 21, 2009

PDP MENANG!

Banyak yang bertanya kepada saya, apa yang akan dilakukan oleh PDP kalau PDP menang. Sebenarnya pertanyaan ini sering tercampur, antara menang legislatif dan menang dalam pencalonan Presiden. Walaupun hingga saat ini PDP belum mempunyai calon Presiden yang definitif, karena itu baru akan terjadi setelah mengetahui hasil Pemilu Legislatif.

Ya, tapi asumsikan saja PDP menang baik dalam Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden. Yang akan dilakukan tentunya bukan hal yang muluk-muluk dulu. Kita akan mulai dengan:

100 hari pertama pada saat PDP menang, Rescue Program (Program Penyelamatan), yaitu:

Pertama menolong mereka-mereka yang sedang terancam bahaya kelaparan, tidak bisa makan selayaknya manusia normal. Mereka ini harus didahulukan, supaya mereka bisa hidup dan makan 3 kali sehari. Karena saat ini hampir di seluruh propinsi tidak terkecuali, bahkan di kota-kota besar pun kita sering menjumpai orang yang makannya hanya satu kali sehari, sampai terpaksa harus ada korban jiwa karena tidak mampu mendapatkan makanan, bagi keberlangsungan hidupnya. Orang-orang seperti inilah yang harus kita tolong dulu, supaya mereka terhindar dari bahaya kelaparan. Kenapa mereka harus ditolong dulu? Karena orang lapar tidak bisa menunggu. Menunggu satu hari saja untuk orang yang kelaparan dapat terancam jiwanya.

Kedua, menolong mereka yang terancam jiwanya karena sakit dan tidak bisa berobat, karena tidak punya kemampuan untuk itu. Seperti halnya orang kelaparan, orang sakit pun tidak bisa menunggu lama untuk diselamatkan.

Setelah permasalahan ini bisa kita atasi, barulah kita akan menolong 6 kelompok besar yang merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia.

1. Petani
Petani harus tetap dapat menanam padi dan tanaman pangan lainnya tanpa terbebani oleh kelangkaan pupuk dan sarana penunjang lainnya, serta harus terjamin akan adanya stabilitas harga. Stabilitas harga yang dapat mendukung tingkat kesejahteraan dari petani. Karena isu sembako murah yang dikampanyekan oleh partai-partai politik tertentu itu jelas-jelas sangat merugikan petani. Artinya harga beras harus murah, harga gula harus murah, harga cabai harus murah, harga bawang harus murah, dstnya. Akibatnya petani akan terus menjadi korban, tidak bisa menjual produksinya dengan harga yang layak.

Kenapa petani harus kita selamatkan paling dahulu? Karena petani-lah yang memberi makan kita semua dengan hasil produksi pertaniannya. Kalau petani terganggu produksinya, artinya sumber pangan kita pun menjadi terganggu. Kalau kita mencoba mengimpor seluruh hasil pangan kita, maka negara kita akan bangkrut dalam beberapa bulan saja.

Oleh karena itu swasembada pangan harus terwujud, dengan harga pangan yang dapat tetap menaikan kesejahteraan petani. Bukan sembako murah yang harus kita jadikan sebagai target, melainkan peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia yang harus diperjuangkan. Sembako murah tapi tidak bisa dibeli, karena tidak punya uang ,sama saja dengan mengiming-imingi orang dengan hal yang tidak rasional.

Harga sembako yang membuat petani sejahtera dan terjangkau oleh daya beli masyarakat karena masyarakatnya punya daya beli yang memadai, itulah yang harus jadi cita-cita partai politik kalau menang dalam Pemilu yang akan datang. Tugas kita adalah membuat kampanye yang tidak membodohi masyarakat, tetapi mencerdaskan mereka.

2. Nelayan
Nelayan dan petani fungsi dan perannya sebetulnya sama saja. Keduanya merupakan sumber penyedia pangan bagi masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu nelayan tidak boleh mengalami hambatan dalam melaut untuk menangkap ikan. Prasarana perahu nelayan, ataupun kapal ikan yang mereka miliki harus bisa memaksimalkan hasil tangkapan mereka, apalagi semakin lama, ikan di perairan yang dekat pantai sudah semakin langka, baik karena pencurian ataupun polusi. Disamping itu hal-hal penunjang lainnya, seperti kelangkaan BBM bagi nelayan tidak boleh terjadi. Pencurian-pencurian ataupun illegal fishing harus benar-benar ditindak dengan tegas. Sarana-sarana penunjang seperti cold storage, dan lain-lainnya harus semakin diperbanyak dan ditingkatkan.

3. Kaum Buruh
Kaum buruh juga nasibnya harus diperhatikan, karena kaum buruh adalah orang-orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekunder kita. Pendapatan mereka harus bisa memenuhi kebutuhan fisik minimum. Sekarang ini yang kita jadikan tolak ukur pendapatan adalah UMP, ini masih sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, apalagi bagi buruh-buruh di perkotaan. Seharusnya kita berjuang bagaimana supaya tolak ukur yang dipakai adalah kebutuhan fisik minimum. Dan juga dengan adanya krisis global dibidang ekonomi jumlah phk semakin meningkat, ini juga merupakan hal yang harus tetap kita perjuangkan, bagaimana mencegah terjadinya phk tersebut yang berdampak negatif bagi kelangsungan masa depan kaum buruh kita.

4. Pegawai Negeri Golongan Bawah, termasuk didalamnya para prajurit TNI dan POLRI, harus juga diperhatikan tingkat pendapatan mereka supaya dapat hidup yang layak. Bagaimana mereka bisa menjadi abdi bagi bangsa dan negara, dan bahkan tidak jarang mereka dituntut untuk berkorban jiwa dan raganya, sementara itu tingkat pendapatan mereka sangat rendah, dan keluarganya mengalami nasibnya yang tak menentu bagi masa
depannya.

5. Pelaku Usaha Kecil Menengah
Pelaku UKM juga harus mendapatkan dukungan yang memadai. Mereka juga merupakan penyedia kebutuhan primer dan sekunder bagi masyarakat, tetapi mereka mendapat perlakuan yang sangat diskriminatif, misalnya hingga saat ini pihak lembaga keuangan khususnya perbankan masih tetap memprioritaskan kredit permodalan bagi sektor usaha besar dan menengah, dengan komposisi 80% banding 20%. Padahal sektor UKM ini termasuk penyedia lapangan pekerjaan yang besar, juga termasuk punya daya tahan yang tinggi terhadap krisis ekonomi global. Disisi lain pun mereka sering dijadikan korban penggusuran oleh aparat penertiban di berbagai wilayah tanpa ada suatu solusi tempat di mana mereka bisa berdagang secara permanen.

6. Guru
Guru merupakan bagian daripada pencerdasan bangsa. Kita masih ingat di jaman penjajahan dulu guru merupakan profesi yang sangat terhormat. Terhormatnya profesi guru pada saat itu tidak terlepas dari income guru yang cukup tinggi pada saat itu. Sehingga posisi guru benar-benar berwibawa dan sangat dihormati. Para pendiri Republik Indonesia : dr. Soetomo, dr. Wahidin, Ki Hajar Dewantara, H. Agus Salim, Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan masih banyak nama besar lainnya merupakan hasil pendidikan dari guru-guru yang berkualitas, disamping tentunya juga ditempa oleh suasana perjuangan pada saat itu. Pendapat ini dibenarkan oleh Alm. Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia bahwa pendidikan di jaman penjajahan, menghasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas, sementara itu setelah kita merdeka yang terjadi malah hal sebaliknya. Salah satu kunci utama keberhasilan pendidikan di jaman itu adalah adanya guru-guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas bisa terbentuk apabila tingkat kesejahteraan guru bisa semakin ditingkatkan.

Selanjutnya mengenai program-program yang menyangkut masalah moneter (permasalahan ekonomi lainnya; mempertahankan pertumbuhan tingkat ekonomi, dsbnya), APBN, penegakan hukum-termasuk didalamnya pemberantasan korupsi, penertiban lembaga-lembaga negara, dan aparatur pemerintahan-, masalah pertahanan keamanan dalam dan luar negeri, pembangunan prasarana fisik dengan prioritas tertentu, semua itu tentunya harus berjalan pararel dengan langkah-langkah yang disebutkan di atas, karena merupakan satu kesatuan tindakan yang tak dapat dipisahkan.



Roy B.B. Janis



Selasa, Maret 17, 2009

Orang Termiskin Ada di Jakarta

Orang Indonesia yang termiskin itu ternyata ada di Jakarta. Mereka itu hidup di daerah-daerah yang kumuh, di atas tanah dan rumah yang bukan milik mereka. Di tengah-tengah sampah, di tengah got yang mampet, dan nasib tidak menentu tanpa pemasukan yang jelas, dan sewaktu-waktu terancam oleh penggusuran. Kalau dibandingkan dengan orang miskin yang ada di pedesaan, walaupun miskin, setidaknya mereka masih memiliki rumah sederhana milik mereka sendiri atau keluarganya, dan makan pun masih bisa dari hasil kebun sendiri, atau paling tidak masih ada budaya gotong royong untuk saling membantu.

Seharusnya APBD yang lebih dari 20 triliyun itu jika 10%-nya saja digunakan untuk meningkatkan harkat hidup orang – orang miskin tersebutd-engan memperbaiki prasarana kehidupan mereka-pasti kemiskinan yang seperti itu tidak akan terjadi lagi.

Tugas dari pemerintah adalah untuk mengurusi rakyatnya, tujuan kita merdeka adalah supaya rakyat sejahtera. Sejahtera; punya sandang, pangan, dan papan yang cukup.

Jakarta ini bukan kota milik orang kaya saja, tetapi juga kota milik penghuni yang miskin. Pembangunan prasarana buat orang kaya, seharusnya sudah cukup, dan sudah waktunya dialihkan kepada pembangunan prasarana bagi warga Jakarta yang miskin.

Bagi warga Jakarta yang miskin; miskin itu bukan berarti harus kumuh, kotor, tidak hygienic, miskin itu harus dirubah menjadi layak hidup sebagai manusia dan sebagai warga negara.

Jadi sudah waktunya keberpihakan kepada rakyat miskin dilakukan lebih sungguh-sungguh oleh pemerintah.


Roy B.B. Janis